Apr 3, 2013

Dia mengajari saya..

Sudah hampir sebulan lewat sejak sahabat saya menikah di Bukittinggi.

Mata saya menolak keras menuliskan betapa dia mengajari dan menemani saya dalam sepuluh tahun hidup saya.
Karena setiap saya mulai mengetik tentang Onya, mata saya mengerjap, dan bulir air mata seperti mau meluncur turun.
Dan itu yang terjadi sekarang.
Seberapa pun saya tahan.

Onya.
Gadis Minang yang saya kenal sepuluh tahun lalu. Yang kemudian dengan baik dan dewasa menemani saya. Satu-satunya sahabat yang saya buatkan puisi untuk hadiah ulangtahunnya, karena saat itu saya lagi ga punya uang sebenarnya. Hahaha.

She has taught me a lot.
Bagaimana menjadi perempuan yang lebih santai.
Bagaimana menjadi perempuan yang lebih dewasa.
Bagaimana menjadi perempuan yang lebih berani.
Semua, dengan tetap menjadi apa adanya saya yang memang kekanakan.
She has taught me a lot.

I literally cried when she told me Mas Agust (her boyfriend) had asked her to marry him. My hands were trembling of joy. Bahagia untuk Onya.

Di satu masa, saya sempat sedih, berpikir akan kehilangan sahabat yang mampu mengajari saya banyak hal. Tetapi di sisi lain berbahagia untuknya. Ini mungkin waktunya. Waktu untuk akhirnya Onya berhenti 'mengasuh' saya. Saya ingat perkataan kerasnya yang terakhir, ketika saya bercerita teman-teman saya meragukan kemampuan saya untuk bertahan bekerja kantoran, Onya bilang, "TANTANG!! Kalau mereka bilang kamu cuma akan bertahan dua bulan, tantang balik!! Bilang, 'Kalau gue bertahan sampai tiga tahun gimana? Gue dapet apa?' TANTANG! Bukan teman namanya kalau malah jatohin semangat gitu! Yang kayak gitu kok dijadiin temen!!" Dan itu yang saya lakukan. Dan perkataan saya itu membuat teman yang meragukan saya terdiam. :)


Onya mengajarkan bagaimana menghadapi orangtua dengan santai. Mau sedrama apa pun, orangtua akan tetap menjadi orangtua, yang khawatirin anaknya, yang pengen terus tahu kabar anaknya, yang terus menghubungi untuk nanya pertanyaan yang sama. Berulang kali. To deal with it? Dibikin santai saja. Mau dimarah-marahin ya sudah didengarkan saja. Mau disindir ya sudah senyum saja. Kalau lagi sibuk ya bilang lagi sibuk. Santai.

Onya menenangkan saya saat saya berkeputusan untuk memiliki kehidupan baru. Baik saat saya memutuskan untuk menikah, saat saya memutuskan untuk bercerai, dan saat saya memutuskan untuk bekerja kantoran. She accepts every decision with open arms. Tetap memeluk saya, menerima, dan memberi pendapat saat dibutuhkan. And that's a huge thing for me.


Onya mengajarkan untuk menerima kenyataan bahwa saya memang tidak bisa dan tidak hidup untuk membahagiakan semua orang. Kebahagiaan setiap orang adalah tanggungjawab masing-masing. Dan jika kehadiran kita bisa membahagiakan mereka, that's a plus, tapi kita tidak bertanggungjawab untuk terus membuat semua orang bahagia. Kita justru bertanggungjawab untuk membuat diri kita sendiri bahagia.

Dan Onya adalah calon pengantin yang cuek nan santai. Sampai kami nanya jam berapa akad nikahnya saja, Onya masih senyum-senyum trus jawab, "Ntar coba gue tanya nyokap ya." dan kami bengong. WHAT?? Dia ga tau dia akad jam berapa?? Hahahaha. Baju gimana? Sudah disediakan di sana. Makanan? Sudah diurus di sana juga. Onya beberapa kali nanya tentang catering untuk pestanya di Jakarta, tapi ya itu, santai lah nanyanya. Ga pakai stress. Ga kayak saya dulu. Deilah sampai sariawan tiga biji saking stressnya. :)) Onya juga nggak diet. And still, she looks so stunning and beautiful. She taught me to be more relax. Karena pernikahan di Indonesia itu adalah pestanya para orangtua, jadi santai aja. Silahkan saja semua diurus orangtua (makes me think, nanti kalau saya berkeinginan nikah lagi dan orangtua maunya pesta besar - sementara saya maunya pesta intim yang kecil - maka saya menyerahkan saja ke orangtua lah. Hahaha).



She has taught me a lot.
Dan saya bahagia saya bisa hadir di belakangnya saat dia memulai babak baru hidupnya.
She is a great teacher, a great bestfriend, a great companion, and most of all, a great human being.

Terima kasih ya Nya.
Terima kasih sudah jadi 'pengasuh' gue selama sepuluh tahun.
Terima kasih sudah jadi teman yang super duper menyenangkan.
Terima kasih sudah bisa jadi sahabat yang ngasitau gue saat gue salah (ataupun benar).
Terima kasih sudah jadi bra yang mendorong gue saat gue down. :p
Dan terima kasih sudah kasih gue senyuman yang endless!!

Selamat membangun keluarga bahagia sama Mas Agust ya Nya..

Ha laf yu... soooowww much!!
:*

Senyum dulu ah.. :)

2 comments:

  1. Huhu.. mengharukan bulaaann... your friendship is one of a kind :')

    I MISS WITNESSING ONYA AS A BRIDE. Damn.

    ReplyDelete