Mar 28, 2012

Sedikit senyum..Sebanyak bahagia..

Saya suka bagaimana hidup memberi saya warna.. Sedikit bias, tetapi tetap tak putih..
Jiwa tak lagi menjadi tabula rasa.. Cinta menghinggap, relung bergelung..
Dalam sebuah senyum tersapa kasih..
Hari yang cerah, jiwa yang hangat, sebuah senyuman..

Iya, itu yang di atas bikinan saya sendiri. Iya, emang ga biasanya. Kesalahan murni dapat ditimpakan pada para empunya  blog dengan kalimat-kalimat mahadahsyat yang terdiri dari rangkaian indah kata-kata. Membaca blogpost mereka membuat saya jadi (sok) keikutan bahasanya. Tapi yeah, malah aneh ya, bentar lagi saya dibanjur air kali ni sama yang baca blog ini. Trus ditanya, "Sehat, Buuuuyyy??" :p

Anyhoo, kemarin saya dapat sebuah senyuman termanis. Dari laki-laki berbadan tinggi kurus berkulit gelap. Sebuah senyuman terindah yang kemudian mengawali hari saya. Sebuah senyuman yang membuat saya tersenyum juga. Bahagia.

Ia hendak turun dari sebuah bus. Supir bus rupanya sedang tidak memihak padanya (atau pada saya). Berhenti di tengah jalan. Memaksa saya dan Bombom (yang berada di kiri belakangnya) untuk kemudian berhenti, memberikan waktu bagi penumpang yang ingin turun dengan leluasa. Dan di sana lah saya melihat lelaki itu. Tersenyum cerah, mengintip dari pintu bus. Melihat saya berhenti, ia akhirnya turun. Dengan seorang anak tertidur lelap di dalam gendongnya. Anak perempuan yang sepertinya tidak menyadari betapa panas hari itu. Ia tidak peduli. Atau pasrah lebih tepatnya.

Lalu, masih dengan senyum cerahnya, lelaki itu memberikan sinyal tangan, meminta saya tetap berhenti ketika ia sudah turun. Seorang perempuan ikut turun dari bus yang sama. Setelah itu, seorang perempuan lagi. Lalu bus berjalan pelan. Sang lelaki masih dengan senyum tersungging menengok ke arah mobil saya sambil mengangkat tangannya tanda terimakasih. Dua kali ia melakukannya.

Saya memacu Bombom supaya melewati ia. Saat disampingnya, saya memelankan laju sambil mengangkat tangan kiri saya dan tersenyum. Ia membalas. Masih dengan senyum lebarnya. Masih dengan wajah ceria dan mata berbinar. Panas matahari yang sedang obral besar-besaran tidak menyurutkan sudut bibirnya satu senti pun. Atau satu mili? Entah, saya tidak mengukurnya. :p

Dan kemudian hari saya menjadi ikut cerah olehnya. Hati saya juga.

Dan..
Ketika kemudian saya mendapat berkat nominal dari Tuhan.
Ketika kemudian saya mendapat berkat jalanan lancar tanpa kemacetan berarti.
Ketika kemudian saya mendapat waktu berkualitas dengan pak tukang.
Ketika kemudian saya memiliki sandaran dan caramel machiato dalam lingkup tangan.
Ketika kemudian saya mendapat canda di dalam kelas.
Ketika kemudian saya mendapat senyum dan tawa disetelahnya.
Tawa lepas dari hati yang penuh dengan rasa bahagia.

Pelanginya sudah datang. Penuh dan berwarna. Saya sedang meluncur di atasnya.

Semua dimulai dari sebuah senyuman.
Sesederhana senyuman seorang lelaki berbadan tinggi kurus berkulit gelap dengan seorang anak perempuan tertidur lelap dalam peluknya. Terimakasih ya, Pak.. :)

Fabbi ayyi ala irobbikumma tukadziban.. :)

Senyum dulu ah.. :)

1 comment: