Dec 14, 2011

[Di jalan] saya (pernah) melihat..

1. Tiga anak SD membantu seorang penjual tabung gas tiga kilogram-an yang gerobaknya tidak mampu melewati rel kereta. Bapak penjual mendorong, adek-adek itu menarik gerobaknya dari depan sehingga bisa melewati ceglukan rel kereta. :) Alhamdulillah..

2. Seorang pemuda dengan kertas karton besar bertuliskan "Saya mau bekerja" dikalungkan di lehernya, berdiri di pinggir jalan dengan tersenyum dan membawa satu map berwarna merah di tangan kanannya. Mungkin ia lelah mengirim surat lamaran dan tidak pernah dipanggil. Mungkin ia sudah didesak kebutuhan hidup yang membuatnya tidak bisa duduk diam menunggu panggilan kerja. Maka ia berusaha dengan cara itu. :) Sungguh tulisan itu tulisan yang kuat, semoga pemuda itu cepat dapat pekerjaan. :) Amin.

3. Seorang pemuda bekerja sebagai statue-man untuk pembukaan sebuah apotek baru di Margo. Ia memakai baju kaku berwarna perak dengan tubuh (termasuk wajah dan rambut) yang juga dilumuri cat perak. Memegang dua buah tube vitamin C di tangannya, ia mematung. Orang yang lewat melihat ke arahnya sampai memalingkan muka. Beberapa anak kecil menertawakan dia. Dia tetap diam. Saya melihat matanya memerah. Mungkin dia tidak berkedip untuk waktu yang lama. Mungkin dia menahan sakit dan malu ditertawakan orang. Tapi tidak apa. Itu pekerjaan halal. Tuhan tidak pernah tidur. Dia tahu pemuda ini sedang berusaha, nanti insyaallah akan dijanjikan berkatNya. :) Amin.

4. Seorang nenek tua maju ke tengah jalan dengan tertatih-tatih. Di sampingnya, seorang ibu hamil. Mereka ingin menyeberang. Nenek ini semakin merangsek maju, berpegangan kuat dengan ibu hamil di sebelahnya,  mereka bersama berjalan sesenti demi sesenti menggenapi jalan raya ini. Keadaan jalan penuh, motor tidak mau memelankan lajunya, beberapa dari mereka pun tidak tahu ada nenek dan ibu yang ingin menyeberang ini. Mobil kanan berhenti, mobil yang saya tumpangi pun berhenti dan menyalakan lampu hazard, lelaki sebelah saya turun dan membantu nenek dan ibu itu menyeberang. Ia kembali dan saya tersenyum, bangga saya memiliki (mantan) pacar seperti dia. :) :p

5. Saya di Metromini, pulang membeli kain. Seorang bapak tua, sekitar lima puluh tahun-an, menyetop Metromini yang saya tumpangi, lalu naik dengan susah payah. Ia terlalu renta bahkan untuk mengangkat tubuhnya masuk Metromini ini. Saya berdiri, memegang lengannya, dan membantunya masuk sementara kondektur membantu mendorongnya dari bawah. Ia tersenyum dan berkata 'Terimakasih' lalu menaruh pikulannya (yang sepertinya untuk memikul tanah..Ya Tuhan, bapak setua ini bekerja sebagai tukang pikul tanah) di atas mesin Metromini lalu berkata ke supir "Pak, saya boleh numpang sampai Mayestik?" Dresss, saya mbrebes mili. Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menangis. Supir menengok dan mengatakan "Ya." Alhamdulillah. Kami sama-sama turun di Mayestik, saya sempatkan menyematkan sejumlah uang di tangannya. Ia kaget lalu mengucapkan beribu-ribu terimakasih. Saya tersenyum lalu langsung pergi masuk Obil, tidak mau terlihat menangis di depannya. Dia luar biasa. :')

Dengan cerita ini, ternyata jalanan Jakarta tidak sebegitu menyebalkannya kan. Selalu ada celah untuk belajar, celah untuk menempa rasa, dan celah untuk bersyukur. Ah ya baiklah kalau begitu, bertahan di Jakarta deh sampai pak tukang mau pindah ke Jogja.. *teteeeeuuuppp!!!* :p

Senyum dulu ah.. :)

6 comments:

  1. suka dengan celotehan iniiii :)

    ReplyDelete
  2. Seneng baca ini, thanks for wrote this Kak.. :D

    ReplyDelete
  3. Thanks for reading, Regina.. :)

    ReplyDelete
  4. Anonymous11:59 AM

    *keplakin bulan yg sukses bikin mata berkaca2 di siang bolong*

    ReplyDelete
  5. Uwoooh... Ini tho yang membuatmu berkaca-kaca kemarin.. Hihihi.. *puk2

    ReplyDelete