Dec 10, 2011

Bekerja dengan Sukacita... - 1

Eh sungguh luar biasa ya judulnya. Semacam turunan dari romo aja. Atau sok ngehits ikut-ikutan Mario Teguh?? Glek!! Hehehe. *cengengesan malu-malu* *joget maju mundur*

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Ternyata cari uang itu susah ya, Buy.. Capek!!" Itu kalimat sakti yang diucapkan Thariq ketika dia menelpon saya beberapa bulan lalu. Saat itu dia baru beberapa minggu bekerja setelah sebelumnya menyelesaikan kuliah S1-nya. Kenapa kalimat sakti??? Karena kalimat itu yang meluluhlantakkan perasaan kagum saya pada Thariq. Mendengar itu, saya kok jadi agak miris (baca: ilfil) ya. Kok sebegitu doank? Baru beberapa minggu lho dia bekerja dan sudah mengeluh lelah begitu. Hell Oooooooo, gw kerja dari gw muda belia memesona yang mana pesona itu ga bisa gw pake sebagai modal gw jadi model *loh, salah fokus!!!* Maksudnya, saya kerja uda lebih dulu dari Thariq, dan sampai sekarang, Puji Tuhan, saya sukacita menjalankan apapun pekerjaan saya, jadi kenapa bisa Thariq yang baru beberapa minggu kerja sudah mengeluh lelah???

Analisa Silka, karena tipe kerjaannya berbeda. Saya bekerja berhubungan dengan orang, sebagai guru, setiap hari pasti ada pengalaman baru. Sedangkan orang yang kerja kantoran itu memang membosankan, setiap hari berhubungan sama komputer. Analisa saya, lah truuuussss??? Sapa yang suruh pilih kerjaan itu cobaaa?? Pas ngelamar tu kerjaan udah tau kan kerjaannya macam apaaa?? Haaa?? Haaa??? *emosijiwa* *lebay* Hihihi.

Bagi saya, pekerjaan apapun, harusnya bisa dijalankan dengan sukacita kalau memang kita suka, senang, ikhlas, ridho (tanpa rhoma) menjalankannya. Tidak hanya karena kita cari uang, tidak hanya karena kita perlu status, tapi bekerja jadi suatu kebutuhan. Saya sering tersenyum (sambil pengen ngegampar) setiap ada orang yang bilang "Ya loe enak, Lan. Gaji gede (pas jadi guru).." Well, PLAK!! Tu saya gampar ya!! Mari saya jabarkan di sini.


Saya dibayar (dibayar lho, bukan digaji, nanti saya jelaskan kenapa saya pakai kata 'dibayar') 37.500/jam ketika mengajar. Sebulan mengajar sekitar 72jam. Total pendapatan sebulan 2.7juta. (Di awal saya belum punya usaha Moonaddict ya..) Apa cukup uang segini kalau dibandingkan dengan 'gaya hidup' saya yang kata teman-teman saya mumpuni? Hahaha. Untuk bensin siObil? Untuk makan kalau lagi ngajar?? (eittsss, yang kantoran dapet uang makan?? jangan sedih cyiiiin, saya ga dapet..) Untuk ke salon?? (please deh, everyone deserves a me time!!) Well, kalau dihitung-hitung ya ga cukup. Tapi apa pernah saya kekurangan yang sampai melas kasian gitu?? Hebatnya, TIDAK. Selalu dicukupkan. :) Karena apa? Karena saya bekerja dengan sukacita, saya bersyukur. Saya suka melakukan pekerjaan saya.

Dan saya, dengan bangga dan pasrah (hihihi), berpikir bahwa saya dibayar dengan semestinya. Kantor membayar saya per jam mengajar, bukan per jam saya di sekolah. Mau saya di sekolah dua belas jam (karena ada rapat dan latihan ini itu), kalau mengajarnya enam jam saja ya saya dibayar enam jam saja. As simple as that. Jadi kalau mau ada pendapatan lebih, ya jam mengajar ditambah. Kalau saya ijin ke dokter atau sakit, ya pendapatan saya berkurang. Itulah kenapa saya bilang saya 'dibayar' (perempuan bayaran gituuuh..hihihi) dan bukan 'digaji'. :D Sistem ini beda dengan para teman yang kerja kantoran dan 'digaji'. Gaji tiap bulan sama, mau ijin ke dokter, mau ijin  pulang cepat, ya sama segitu aja. Bukankah harusnya lebih bersyukur ya? Pas hari raya dapet THR (saya ga dapet, jangan nangis!!), pas akhir tahun dapet bonus (sayaaaa??? yaelah masih nanya juga???), bahkan ada kantor yang memberi fasilitas asuransi kesehatan untuk karyawan beserta keluarganya (sayaaa?? ke mantri atau puskesmas pun tetep disuruh bayar sendiri *yanasip..hihihi), nah, bukankah harusnya lebih bersyukur ya?

Jangan mau lah diperbudak uang. Kerja keras untuk dapet uang lebih tapi tidak menikmati proses mendapatkannya itu siksaan. Siksaan itu bikin rasa bersyukur jadi hilang. Yang ada jadi kekurangan terus menerus. Kata papah saya, saat kita suka melakukan pekerjaan kita dan terus meyakininya, uang itu akan mengikuti. Tsah!! Keren amat sih lah Pak Soetrisno inih.. :)))

Lanjutan ..... di bagian dua aja ya.. Hihihi.. *ditimpuk massa*

Senyum dulu ah.. :)

No comments:

Post a Comment